RSS

Jumat, 23 Oktober 2009

SeBuah Sandiwara


“…..Dunia ini panggung sandiwara cerita yang mudah berubah

Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura

Mengapa kita bersandiwara...”

Sebuah tembang yang penuh makna. Lirik lagu - lagu yang dilantunkan ahmad albar ditahun 70-an akan kita dapatkan nasehat – nasehat kehidupan jika kita amati lebih serius. Termasuk penggalan lirik lagu diatas yang menggambarkan bahwa kehidupan ini memang ”Sandiwara”.

Tuhan pencinta alam semesta ini adalah perancang skenario besar kehidupan, sekaligus dengan ketetapan pemilihan siapa saja pemeran masing-masing skenario yang telah ditetapkan itu untuk dijalankan dalam kehidupan alam semesta ini. Pernahkah terlintas dibenak kita seandainya Tuhan berkompromi dahulu sebelum menetapkan pemeran (aktor dan aktris). Untuk menjalankan skenario – Nya, kira – kira peran apa yang kita pilih?

Sejenak renungkan penggalan – penggalan skenario di negeri kita tercinta. Tsunami yang melanda negeri kita hampir genap lima tahun yang lalu tepatnya di Aceh. Ratusan nyawa melayang. Rumah – rumah penduduk dan bangunan hampir rata dengan tanah. Tahun 2006 peristiwa menyemburnya lumpur panas yang menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di kabupaten Sidoarjo. Warga pun harus rela meninggalkan tempat tinggalnya dan para petani harus kehilangan areal pertaniannya. Di sisi kehidupan manusia lainnya ada seorang berprofesi sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di negeri sebrang demi membantu biaya kehidupan keluarga yang makin menyempit harus melompat dari gedung bertingkat karena tak kuat lagi dengan siksaan majikannya sehingga menimbulkan luka pukul dan bakar hampir disekujur tubuhnya. Tiga bulan yang lalu musibah menimpa artis kita si cantik Manohara harus mengalami tragedi pahit dalam hidupnya. Diduga mengalami KDRT sejak berumah tangga dengan suaminya Pangeran Kerajaan Kelantan. Peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton harus diselesaikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai president untuk menetramkan masyarakatnya.

Siapa yang mau memerankan korban Tsunami Aceh yang kehilangan harta dan sanak keluarganya? Siapa yang ingin memiliki peran TKW yang disiksa majikan? Siapa pula ingin kehilangan tempat tinggal karena terpendam lumpur? Siapa pula yang sanggup menerima peran sebagai Manohara yang disiksa suaminya sendiri dan sebagai president yang diteror disana – sini? Kalau kita disuruh memilih pasti akan memilih peran paling indah dalam menjalani hidup.

Kenapa Tuhan tidak kompromi dulu dalam menentukan siapa, memerankan apa? Karena Tuhan lebih tahu siapa yang mampu berperan pada skenario yang telah dibuatnya. Namun siapa pemeran terbaik dalam memerankan skenario Tuhan dalam drama kehidupan ini. Teringat pesan ayah ku ketika aku mohon maaf berkali – kali karena beliau harus menanggung beban karena masalah – masalahku satu tahun belakangan ini. Kita hanyalah aktor / aktris dalam kehidupan. Barang siapa yang ikhlas dan ridho dengan peran yang diberikan kepada kita, sehingga dengan keikhlasan dan ketulusan itu menjadikan peran kita begitu memuaskan berarti kita telah menjalankan amanahNya dengan baik. Dan mungkin menjadi aktor / aktris terbaik versi Tuhan. Seperti artis sinetron yang mampu memerankan peran sesuai skenario dan keinginan sutradara dimana harus memerankan peran seorang yang dikucilkan,dijambak, disakiti dan terhina , namun karena keikhlasan dan keseriusannya diakhir semua sandiwara ini aktor/aktris tersebut tidak hanya mendapatkan ”fee” kontrak kerja tapi bisa juga mendapatkan anugrah piala citra sebagai pemeran terbaik.


Isna Hidayati Effendi

Anggota Pena Group FAI UMM